Jakarta, 2 September 2025 – Industri Hiburan dan Media (Entertainment & Media/E&M) global diperkirakan akan mencapai nilai sebesar US$3,5 triliun pada tahun 2029, didorong oleh lonjakan belanja iklan di berbagai platform. Di kawasan Asia-Pasifik, pasar E&M Indonesia diproyeksikan mencapai US$41 juta pada tahun 2029, melampaui negara tetangga seperti Thailand (US$22 juta), Australia (US$17 juta), Malaysia (US$13 juta), dan Singapura (US$9 juta), berdasarkan laporan PwC berjudul Annual Global Entertainment & Media Outlook 2025–2029.
Hambatan dan dorongan menjadi faktor utama dalam pergeseran nilai di berbagai kategori dan segmen E&M, dengan dinamika serupa yang juga terjadi di berbagai negara. Hambatan utama berasal dari pertumbuhan yang lambat di sejumlah pasar yang sudah matang. Amerika Serikat tetap menjadi pasar global terbesar di semua sektor E&M, dan untuk segmen iklan serta konsumen, diperkirakan akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 3,8% selama periode proyeksi. Tetapi, angka ini berada di bawah rata-rata global sebesar 4,2% yang dimana menunjukkan laju pertumbuhan yang relatif lebih lambat dan menempatkan AS di antara pasar yang menghadapi hambatan.
Negara-negara dengan momentum pertumbuhan lebih kuat, yang tumbuh di atas rata-rata global, mendapatkan dorongan dari peningkatan adopsi digital dan keterlibatan konsumen. Dorongan ini mencakup tingkat pertumbuhan fundamental yang tinggi, baik di negara berkembang maupun di beberapa pasar besar yang sudah mapan. Bersama India dan Arab Saudi, Indonesia termasuk dalam pasar E&M dengan pertumbuhan tercepat secara global, didukung oleh lanskap digital yang berkembang pesat. Untuk pendapatan dari iklan dan konsumen, Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan CAGR sebesar 8,4%, mencapai US$24,6 miliar pada tahun 2029, didorong oleh peningkatan belanja iklan dan konsumsi masyarakat.
Bart Spiegel, PwC Global Entertainment and Media Leader, mengatakan, “Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan terbatasnya daya beli konsumen, sektor periklanan muncul sebagai kekuatan utama dalam pendapatan industri hiburan dan media global. Hal ini menandakan transformasi yang diperkirakan akan terus berlanjut seiring dengan peran AI dalam mengubah model distribusi, memodifikasi produksi konten, menyajikan pengalaman konten yang sangat terkurasi, dan mengurangi hambatan masuk. Industri E&M selalu berada di garis depan inovasi teknologi, namun perusahaan perlu tetap gesit dan proaktif untuk menyambut masa depan dan memenuhi ekspektasi konsumen dalam ekosistem yang menghargai kreativitas dan konten yang disesuaikan.”
Iklan akan menjadi mesin utama pertumbuhan pendapatan industri seiring transformasi model periklanan oleh AI
Seiring melambatnya pertumbuhan produk berbayar atau berbasis langganan akibat meningkatnya persaingan industri dan terbatasnya pengeluaran konsumen, khususnya di pasar yang sudah matang, iklan diperkirakan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan pendapatan bagi industri E&M secara keseluruhan.
Dari tiga kategori utama E&M yang dianalisis (konektivitas, periklanan, konsumen), periklanan diperkirakan akan tumbuh paling cepat–tiga kali lebih cepat (CAGR 6,1%) dibandingkan kategori konsumen (2%). Pertumbuhan global ini terutama didorong oleh format iklan utama: retail internet advertising dengan proyeksi CAGR sebesar 15%; social and mobile in-stream video advertising sebesar 15%; serta iklan connected TV in-stream internet advertising, yang diperkirakan tumbuh sebesar 14%.
Abdullah Azis, PwC Indonesia Telecommunications, Media, and Technology Leader, mengatakan, “Untuk Indonesia, segmen utama adalah classified internet advertising yang mendominasi dengan CAGR sebesar 27%. Selanjutnya adalah iklan connected TV in-stream internet advertising, mengikuti tren global dengan CAGR sebesar 19%. Berbeda dengan pola global, social and mobile in-stream video advertising lebih menonjol di Indonesia, dengan CAGR sebesar 19%.”
AI memberikan dampak besar terhadap industri E&M dalam berbagai cara. Salah satu area yang diperkirakan akan memengaruhi pertumbuhan pendapatan adalah connected TV, yaitu televisi yang terhubung ke internet untuk menayangkan konten video. Pada tahun 2020, pendapatan iklan global dari connected TV hanya mewakili 5,9% dari total pendapatan broadcast TV advertising. Pada tahun 2024, angka ini melonjak menjadi 22%.
Sebaliknya, Indonesia masih menjadikan broadcast TV advertising sebagai format dominan. Connected TV in-stream internet advertising hanya menyumbang 2,6% dari pendapatan broadcast TV advertising pada tahun 2020, dan meningkat secara moderat menjadi 7,6% pada tahun 2024. Pasar iklan TV siaran Indonesia diproyeksikan tumbuh paling cepat secara global, dengan CAGR sebesar 7,7%, naik dari US$1,4 miliar pada tahun 2024 menjadi US$2,1 miliar pada tahun 2029. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh iklan TV terestrial, yang diperkirakan tumbuh dengan CAGR sebesar 7,0%, dari US$1,3 miliar pada tahun 2024 menjadi US$1,8 miliar pada tahun 2029. Perusahaan TV tradisional di Indonesia secara aktif memanfaatkan iklan, termasuk iklan tertarget dan kemitraan merek, untuk meningkatkan pendapatan mereka.
Konektivitas tetap menjadi kategori dominan. Secara global, pembelanjaan diperkirakan mencapai US$1,3 triliun pada tahun 2029, tumbuh dengan CAGR sebesar 2,8%, yang sebagian besar didorong oleh layanan internet seluler. Tren global ini juga tercermin di Indonesia, di mana belanja untuk konektivitas diperkirakan mencapai US$16,472 juta pada tahun 2029 dengan CAGR yang lebih tinggi sebesar 3,67%. Seiring pertumbuhan pesat sektor periklanan, kesenjangan antara belanja konektivitas dan iklan diperkirakan akan menyempit secara signifikan pada akhir periode proyeksi.
Pendapatan non-digital, termasuk live music dan penjualan tiket bioskop, memimpin belanja konsumen
Hiburan non-digital terus memainkan peran penting dalam membentuk perilaku konsumen di Indonesia, dengan sektor bioskop dan musik muncul sebagai pendorong utama pertumbuhan. Sektor bioskop Indonesia merupakan salah satu yang tumbuh paling cepat secara global, mencatat tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 9,9%, lebih dari dua kali lipat rata-rata global sebesar 4,7%.
Abdullah Azis, PwC Indonesia Telecommunications, Media, and Technology Leader, menambahkan, “Pada tahun 2024, jumlah penonton bioskop di Indonesia meningkat sebesar 10,2%, sebagian besar didorong oleh performa kuat film lokal, yang menguasai 65% pangsa total box office. Baik sektor swasta maupun pemerintah memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan ini, mulai dari rencana ekspansi operator bioskop internasional hingga inisiatif Kementerian Kebudayaan untuk meningkatkan infrastruktur dan mendukung penciptaan konten lokal. Bersama-sama, upaya ini membentuk ekosistem bioskop yang dinamis dan tangguh di Indonesia.”
Momentum kuat di sektor offline juga terlihat di pasar musik Indonesia, yang mencatat pertumbuhan signifikan, terutama dalam pertunjukan live. Pendapatan dari live music meningkat dari US$30 juta pada tahun 2020 menjadi US$157 juta pada tahun 2024, dan diproyeksikan mencapai US$173 juta pada tahun 2029, tumbuh dengan CAGR sebesar 2,0%. Pada tahun 2029, total pendapatan dari musik, radio, dan podcast diperkirakan mencapai US$482 juta, dengan CAGR sebesar 3,8%, melampaui rata-rata global sebesar 2,4%.
Secara keseluruhan, tren ini menunjukkan daya tarik yang tetap kuat terhadap pengalaman offline di kalangan konsumen Indonesia. Meskipun waktu yang dihabiskan secara online terus meningkat, sebagian besar pembelanjaan hiburan masih berakar pada format fisik. Pada tahun 2024, format non-digital menyumbang 61% dari pendapatan konsumen global, pola yang juga tercermin di Indonesia, di mana format offline menyumbang 54% dari belanja hiburan konsumen. Preferensi yang bertahan ini menegaskan ketahanan saluran hiburan tradisional di tengah transformasi digital yang terus berlangsung.
Video game tetap menjadi titik terang industri
Video game telah muncul sebagai kekuatan utama dalam industri hiburan dan media global, dengan pendapatan yang diperkirakan mencapai US$224 miliar pada tahun 2024, melampaui gabungan pendapatan dari sektor film dan musik. Momentum ini diperkirakan akan terus berlanjut, dengan pasar yang diproyeksikan mendekati US$300 miliar pada tahun 2029, didukung oleh CAGR yang stabil sebesar 5,7%.
Di Indonesia, sektor game dan esports menunjukkan jalur pertumbuhan yang lebih tajam. Setelah mengalami kontraksi sebesar 3,1% pada tahun 2023, pendapatan pasar kembali meningkat menjadi US$1,6 miliar pada tahun 2024, mencerminkan pemulihan tahunan yang kuat sebesar 9,7%. Pertumbuhan ini diperkirakan akan mencapai puncaknya sebesar 12,5% pada tahun 2025, sebelum stabil di kisaran 5,5% hingga 9,2% hingga tahun 2029, saat pendapatan diproyeksikan mencapai US$2,4 miliar. Momentum kuat ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu pasar game paling dinamis di dunia, didorong oleh keterlibatan konsumen yang meningkat, perilaku pengguna yang mengutamakan perangkat seluler, dan peningkatan berkelanjutan dalam infrastruktur digital.
Pasar berkembang terus memimpin tingkat pertumbuhan industri E&M
Amerika Serikat tetap memimpin sebagai pasar E&M terbesar di dunia berdasarkan pendapatan (tidak termasuk pendapatan dari konektivitas). AS diperkirakan akan tumbuh dengan CAGR sebesar 3,8% hingga tahun 2029, tertinggal di bawah rata-rata global sebesar 4,2%. Di sisi lain, pendapatan E&M di Tiongkok, pasar terbesar kedua, akan meningkat dengan CAGR sebesar 6,1%, terutama didorong oleh segmen iklan internet, yang tumbuh dengan CAGR sebesar 8,9%. Pasar dengan pertumbuhan tercepat secara global tetap berada di negara berkembang, termasuk India dan Indonesia, yang semuanya memiliki CAGR di atas 7,5%. Di India, sebagian besar pertumbuhan berasal dari iklan internet yang tumbuh dengan CAGR sebesar 15,9%. Hal ini didorong oleh peningkatan penetrasi internet, konektivitas 5G yang berkembang, serta popularitas media sosial dan konten video berdurasi pendek.
Catatan untuk Editor
PwC Global Entertainment & Media Outlook adalah laporan tahunan yang mencakup industri hiburan dan media. Laporan ini menckaup ebanyak 54 wilayah yang tersebar di Amerika Utara, Eropa Barat, Eropa Tengah, Timur Tengah & Afrika, Amerika Latin, dan Asia Pasifik. Ke-54 wilayah tersebut mewakili sekitar 74% dari populasi global, dan total dari semua wilayah digunakan untuk menghasilkan estimasi keseluruhan. Proses proyeksi dimulai dengan pengumpulan data historis yang akurat dan komprehensif dari sumber publik seperti asosiasi industri dan lembaga pemerintah, yang dikutip jika digunakan secara langsung. Untuk melengkapinya, wawasan eksklusif dikumpulkan melalui wawancara dengan asosiasi industri, regulator, dan pelaku pasar terkemuka. Kombinasi data publik dan privat ini memastikan fondasi yang kuat untuk membangun proyeksi.
Tentang PwC Indonesia
PwC Indonesia meliputi KAP Rintis, Jumadi, Rianto & Rekan, PwC Tax Indonesia, PwC Legal Indonesia, PT Prima Wahana Caraka, PT PricewaterhouseCoopers Indonesia Advisory, dan PT PricewaterhouseCoopers Consulting Indonesia, masing-masing merupakan badan hukum yang terpisah dan semuanya merupakan firma anggota jaringan global PwC, yang secara bersama-sama disebut sebagai PwC Indonesia. Kunjungi website kami di www.pwc.com/id.
Tentang PwC
Di PwC, kami membantu klien membangun kepercayaan dan berinovasi sehingga mereka dapat mengubah kompleksitas menjadi keunggulan kompetitif. Kami adalah jaringan yang berbasis teknologi dengan lebih dari 370.000 staf di 149 negara. Melalui audit dan assurance, pajak dan hukum, transaksi dan konsultasi, kami membantu membangun, mempercepat, dan mempertahankan momentum bisnis klien kami. Cari tahu lebih lanjut di www.pwc.com.
© PwC 2025. Hak cipta dilindungi undang-undang