Apakah saat ini waktu yang tepat untuk berinvestasi di sektor pariwisata Indonesia? Strategi untuk mempersiapkan sektor pariwisata Indonesia

Jakarta, 12 November 2021 - Pandemi COVID-19 merupakan tantangan terbesar yang dihadapi oleh para pemilik dan operator bisnis pariwisata Indonesia. Jumlah wisatawan mancanegara yang masuk di tahun 2020 hanya sekitar 25% dari jumlah wisatawan di tahun 2019. Penurunan okupansi hotel di Indonesia tahun 2020 juga menurun tajam dalam pemesanan dari tamu domestik dan internasional, dimana di bulan Januari-Februari, okupansi masih di angka 49,17% dan 49,22%. Namun di bulan Maret menjadi 32,24%, dan memburuk saat memasuki bulan April, yaitu sebesar 12,67%. Adanya pembatasan sosial berskala besar dan ditutupnya akses keluar-masuk Indonesia, menyebabkan penurunan pendapatan negara di sektor pariwisata sebesar Rp20,7 miliar.

Namun, seiring dengan terus menurunnya kasus terkonfirmasi COVID-19 harian dan dengan berjalannya program vaksinasi ke seluruh provinsi di Indonesia, optimisme pemulihan usaha pun mulai tumbuh.

Seperti yang disampaikan oleh Bapak Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada webinar yang diselenggarakan oleh PwC Indonesia - Is now the right time to invest? - mengatakan, “Kita memasuki era baru pariwisata di Indonesia, dimana peta bisnis pariwisata juga dipengaruhi oleh perubahan permintaan dan selera pasar seperti sustainable tourism. Kami telah mulai menawarkan pariwisata yang lebih personal, customised dan localised, serta lebih fokus pada kualitas daripada kuantitas. Untuk mencapai tahap itu, kita harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia, ketahanan bisnis, dan terus mempromosikan produk lokal di daerah tersebut.”

Berbagai upaya Pemerintah dalam menghadapi pandemi COVID-19 dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional mulai menunjukkan hasil. Namun, upaya bersama lebih lanjut antara sektor publik dan swasta diperlukan untuk mempercepat kebangkitan industri pariwisata. Karena itu, sekarang mungkin saat yang tepat untuk berinvestasi di industri ini untuk memanfaatkan momentum di masa pemulihan.

Julian Smith, ESG, Government & Infrastructure Advisor di PwC Indonesia mengatakan, “Masih banyak yang dapat dilakukan Pemerintah, seperti mengkoordinasikan bandara, maskapai penerbangan, hotel, dan lembaga publik untuk mempromosikan pengalaman yang lancar dan aman kepada orang-orang yang ingin berlibur di Indonesia, dan mengkomunikasikannya ke pasar luar negeri, termasuk keberhasilan dari program vaksinasi dan PPKM.”

Irfan Setiaputra, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, berkomentar, “Akselerasi sektor pariwisata tentunya tidak terlepas dari pentingnya upaya penanganan pandemi yang dilakukan secara terukur dalam menyelaraskan perspektif keberlangsungan pariwisata. Sebagai entitas yang bergerak di industri transportasi dimana fundamental bisnisnya adalah mobilisasi, kami tentunya meyakini upaya penanganan pandemi yang dilakukan secara berkelanjutan dan turut diselaraskan dengan fokus pemulihan industri pariwisata menjadi aspek krusial dalam memastikan kesiapan ekosistem pariwisata nasional kembali bangkit dengan basis kolaborasi yang lebih solid dan end to end pada seluruh pelaku industrinya. Pada akhirnya kami melihat dengan situasi pandemi yang semakin terkendali tentunya akan memiliki multiplier effect tersendiri bagi seluruh sektor ekonomi termasuk pariwisata yang mengandalkan mobilitas masyarakat dalam langkah pemulihannya.”

Seperti yang dinyatakan oleh Jean Hélière, Chairman dari Bali Hotels Associations, “Ini memang masa yang sangat sulit bagi kita semua, tetapi kami sangat optimis dengan langkah-langkah baru untuk membuka kembali sektor pariwisata. Kami melihat permintaan MICE (Meeting, Incentives, Conference & Exhibitions) yang meningkat terutama dari pasar lokal. Kami juga telah melihat semakin banyak turis internasional mengunjungi Bali, yang menunjukkan bahwa mereka yakin dengan langkah-langkah keamanan dan keselamatan yang kami terapkan. Dalam hal sustainability, Bali bisa dikatakan telah berada di depan, kami memiliki kebijakan bebas plastik, dan sekarang kami sedang fokus pada proyek penilaian/distribusi air. Pada saat yang sama, upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kesadaran tentang keberlanjutan pangan untuk mendukung pemasok lokal.”

Budi Tirtawisata, CEO Panorama Group menegaskan dengan mengatakan, “Dari sudut pandang saya, industri pariwisata menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Banyak pembatasan lokal di Indonesia yang mulai mereda secara perlahan dan kepercayaan pasar meningkat seiring dengan keberhasilan program vaksinasi. Banyak negara telah membuka kembali perbatasan mereka. Jadi, kami berharap industri pariwisata akan mulai pulih pada pertengahan 2022 dengan langkah hati-hati sambil terus mengedukasi pasar tentang langkah-langkah kesehatan dan keselamatan.”

Nathalia Wilson, South East Asia and Korea Development Director di IHSG Hotels & Resorts, menjelaskan mengenai perihal aset, “Pariwisata merupakan salah satu penggerak ekonomi yang menjadi fokus di Indonesia karena kontribusi pendapatan devisa dan penyerapan tenaga kerja yang signifikan. Kami telah melihat semakin banyak investor lokal baru yang datang dari bisnis keluarga, perusahaan, ataupun konglomerat yang mengakuisisi hotel sebagai aset warisan atau diversifikasi. Selanjutnya, perubahan pemangku kepentingan di Indonesia berasal dari konsolidasi aset hotel pemerintah di bawah BUMN dan kemitraan strategis yang dibentuk oleh operator lokal dan juga modal daerah. Investasi di bidang pariwisata merupakan strategi jangka panjang dan bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saingnya, pembangunan infrastruktur sangat penting untuk pertumbuhan pariwisata. Indonesia memiliki lingkungan pariwisata yang begitu beragam untuk ditawarkan kepada investor dan populasi produktif yang besar yang sangat penting sebagai generator permintaan. Meskipun saya pikir ini adalah waktu yang tepat untuk berinvestasi di sektor pariwisata, beberapa masalah utama seperti ketersediaan opsi ekuitas, pembiayaan utang, dan mengelola kesenjangan penilaian/ekspektasi harga masih perlu ditangani.”

Hendri Hendrawan, Infrastructure and Tourism Director di PwC Indonesia, menutup dengan mengatakan “Industri pariwisata perlu mempertimbangkan aspek-aspek berikut jika mereka ingin berinvestasi sekarang di pariwisata Indonesia seperti diversifikasi, meningkatkan ketahanan dengan ukuran yang tepat, memanfaatkan tren konsumen terkini dan bergerak menuju pariwisata berkelanjutan. Keberlanjutan di sektor pariwisata menjadi lebih penting karena lebih banyak investor memiliki persyaratan terkait Environmental, Social, and Governance (ESG) sehingga industri perlu berinvestasi dalam aspek terkait keberlanjutan. Industri pariwisata juga dapat menggali potensi pendapatan dari skema carbon off-set sebagai sumber pendapatan tambahan mereka”.
 

Tentang PwC Indonesia

PwC Indonesia terdiri dari KAP Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan, PT PricewaterhouseCoopers Indonesia Advisory, PT Prima Wahana Caraka, PT PricewaterhouseCoopers Consulting Indonesia, dan Melli Darsa & Co., Advocates & Legal Consultants, masing-masing sebagai entitas hukum dan firma anggota yang terpisah, dan semuanya secara bersama-sama membentuk firma anggota Indonesia dari jaringan global PwC, yang secara bersama-sama disebut sebagai PwC Indonesia.

Tentang PwC

Di PwC, kami bertujuan membangun kepercayaan dalam masyarakat dan memecahkan masalah-masalah penting. Kami adalah jaringan firma yang terdapat di 156 negara dengan lebih dari 295.000 orang yang berkomitmen untuk memberikan jasa assurance, advisory dan pajak yang berkualitas. Temukan lebih banyak informasi dan sampaikan hal-hal yang berarti bagi Anda dengan mengunjungi situs kami di www.pwc.com.

PwC merujuk pada jaringan PwC dan/atau satu atau lebih firma anggotanya, masing-masing sebagai entitas hukum yang terpisah. Kunjungi www.pwc.com/structure untuk informasi lebih lanjut.

© PwC 2021. Hak cipta dilindungi undang-undang.

 

Contact us

Cika Andy

External Communications, PwC Indonesia

Tel: +62 21 509 92901

Follow PwC Indonesia