Hasil gemilang yang menghantarkan perusahaan tambang besar dunia pada ‘masa penuh godaan’

  • Kapitalisasi pasar dari 40 perusahaan tambang terbesar naik 30% menjadi USD $926 miliar (M)
  • Pendapatan naik 23% menjadi $600 M
  • Pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) naik 38% menjadi $146 M
  • Laba bersih naik 126% menjadi $61 M dan diproyeksikan naik menjadi $76 M di tahun 2018
  • Perusahaan-perusahaan tambang harus berfokus pada “penambangan yang menguntungkan, dan bukan sekedar menambang” seiring berkembangnya pasar
  • Kegiatan para pendatang baru dan pemain non-konvensional diperkirakan meningkat di tahun 2018
     

Hasil kinerja perusahaan-perusahaan tambang di Indonesia konsisten dengan tren global

Meskipun tidak ada perusahaan tambang asal Indonesia yang menembus batas kapitalisasi pasar senilai US$5,3 miliar dan masuk ke dalam kategori 40 perusahaan tambang terbesar dunia di tahun 2017, industri pertambangan di Indonesia juga telah menunjukkan kinerja yang baik seiring pemulihan harga komoditas dan peningkatan permintaan komoditas secara global.

Sacha Winzenried, lead advisor PwC Indonesia untuk bidang energi, utilitas, dan pertambangan, berkomentar:

“Dalam laporan ini, kita melihat adanya pendekatan yang tepat, terukur, dan penuh kesabaran dari perusahaan-perusahaan tambang dalam menentukan strateginya masing-masing untuk memberikan nilai jangka panjang. Hal ini konsisten dengan peningkatan kinerja industri pertambangan di Indonesia, yang mengikuti pulihnya harga komoditas dan permintaan komoditas global yang semakin kuat.”

Terdapat pemulihan yang patut dicatat pada kapitalisasi pasar saham pertambangan yang terdaftar di BEI selama tahun 2017 yang mencapai Rp310 triliun per tanggal 31 Desember 2017, atau meningkat sebesar 17% dibandingkan dengan posisi per tanggal 31 Desember 2016. Kenaikan ini terutama berasal dari saham batubara yang naik sebesar 27%. Tren ini berlanjut hingga tahun 2018 di mana kapitalisasi pasar dari perusahaan-perusahaan pertambangan batubara dan mineral mengalami kenaikan lagi masing-masing sebesar 9% dan 18% per 30 April 2018.

“Usaha pertambangan mengandung banyak risiko. Walaupun risiko-risiko ini berbeda-beda berdasarkan lokasi tambang, yurisdiksi, dan perusahaan. Indonesia, seperti negara lainnya, masih mempunyai pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Menurut pemetaan risiko kami, kepastian regulasi menjadi salah satu hal utama yang perlu ditingkatkan dalam lingkungan investasi pertambangan Indonesia,” Winzenreid menambahkan.

Empat puluh perusahaan tambang terbesar di dunia menunjukkan hasil kinerja keuangan yang sangat mengesankan di tahun 2017, di mana pendapatan meningkat 23 persen menjadi USD$600 M, menurut laporan Mine 2018 PwC yang terbit pada tanggal 5 Juni 2018.

Analisis laporan tersebut memastikan adanya peningkatan dalam siklus pertambangan, yang didorong oleh pertumbuhan ekonomi global yang semakin meningkat dan pemulihan harga komoditas. Dibantu dengan strategi-strategi penghematan biaya yang tajam selama beberapa tahun terakhir, margin dan kemampuan perusahaan-perusahaan tambang untuk menghasilkan pendapatan telah meningkat secara signifikan, berujung pada lonjakan laba bersih sebesar 126 persen.

Proyeksi 2018 kami mengindikasikan peningkatan kinerja keuangan dari 40 perusahaan tambang terkemuka akan berlanjut seiring manfaat yang terus mereka nikmati dari momentum naik dalam siklus pertambangan ini.

Pimpinan Mining and Metals dari PwC Global, Jock O’Callaghan, mengatakan: “Perusahaan-perusahaan tambang besar telah melaksanakan strategi-strategi mereka secara terukur dan berhati-hati di tahun 2017, dan upaya mereka kini telah terbayar dengan hasil yang luar biasa.

“Risiko terbesar saat ini adalah menyerah pada godaan untuk memenuhi peningkatan permintaan dengan menghamburkan saldo kas yang baru mereka peroleh untuk berbagai transaksi, proyek atau aset ‘berapapun harganya’, seperti yang banyak dilakukan perusahaan tambang di siklus-siklus pertambangan sebelumnya.

“Untuk memberikan nilai yang berkelanjutan, perusahaan-perusahaan tambang harus tetap disiplin dan transparan dalam alokasi modal, dan menjaga fokusnya pada tujuan untuk penambangan yang menguntungkan dan bukan sekedar menambang,” kata O’Callaghan.

 

Neraca keuangan yang sehat

Perusahaan-perusahaan tambang terus berfokus pada penguatan neraca keuangannya di tahun 2017, dimana $25 M dialokasikan untuk pelunasan utang, dan pengeluaran modalpun mencapai rekor terendahnya di angka $48 M. Sebagai hasilnya, angka gearing turun dari 41 persen menjadi 31 persen, atau kembali sejajar dengan rata-rata 15 tahun dari neraca keuangan 40 perusahaan tambang terbesar tersebut.

“Dengan telah terselesaikannya sebagian besar kekhawatiran terhadap likuiditas yang masih tersisa di tahun 2016, neraca keuangan menjadi kuat, dan perusahaan-perusahaan mempunyai keleluasaan untuk bertindak. Walaupun kita berharap melihat peningkatan pertumbuhan peluang di tahun 2018, perusahaan-perusahaan tambang yang cermat harus berupaya menghindari kesalahan-kesalahan di masa lalu dan mengikuti rencana strategi pertumbuhan agar dapat menghindari serbuan gila-gilaan terhadap sumber daya di puncak siklusnya,” ujar O’Callaghan.

 

Rekor peningkatan tertinggi dalam kontribusi pajak

Pengeluaran pajak meningkat 81 persen di tahun 2017, di mana pajak tunai yang dibayarkan kepada pemerintah meningkat 67 persen, walaupun tarif pajak badan masih relatif stabil di sebagian besar pasar-pasar utama.

Lonjakan dalam pengeluaran pajak sebagian besar didorong oleh kenaikan laba dan dampak reformasi pajak AS, yang mengalami peningkatan yang jarang terjadi sebesar 4 persen (atau $2,8 M) dalam tarif pajak efektif akibat revaluasi pajak tangguhan. Diharapkan kedepannya reformasi pajak AS akan meringankan beban pajak perusahaan-perusahaan tambang yang menjalankan usaha di AS.

 

Untung besar para pemegang saham akan berlanjut, namun sampai kapan?

Imbal hasil para pemegang saham meningkat hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya (year-on-year), dari $16 M di tahun 2016 menjadi $36 M. Dengan tingkat kinerja yang ada saat ini, dividen dapat mencapai rekor tertinggi di tahun 2018.

“Para pemegang saham yang bertahan melewati siklus-siklus boom di tahun 2008 dan 2012 akan bersemangat untuk menuai imbalan atas kesabaran mereka karena kini optimisme dan laba telah kembali pulih. Namun godaan di depan mata untuk memperoleh imbal hasil yang lebih besar – bagi para pemegang saham atau pemangku kepentingan lainnya – juga harus diimbangi dengan kebutuhan untuk terus berinvestasi demi nilai jangka panjang yang berkelanjutan,” kata O’Callaghan.

 

Para pendatang baru mencoba peruntungannya

Di tahun 2017, banyak pendatang baru yang mulai aktif dalam sektor pertambangan. Para investor swasta (Private Equity) misalnya, sangat tertarik pada peluang-peluang investasi pertambangan dan menjadi peserta aktif dalam hampir setiap transaksi batubara berkualitas yang ditawarkan pasar Australia selama tahun berjalan.

Bahkan ada juga beberapa contoh perusahaan non-tambang yang bermitra dan melakukan merger dengan perusahaan-perusahaan tambang untuk mengamankan akses terhadap komoditas. Sebagai contoh, Agrium, sebuah perusahaan grosir dan retail pupuk dan bahan kimia asal Kanada, melakukan merger dengan produsen potas terbesar dunia, PotashCorp, sedangkan Tesla terus berinvestasi dalam pasokan litium, termasuk transaksi mereka baru-baru ini dengan Kidman Resources di Australia.

“Kami memperkirakan bahwa minat dari para pemain non-konvensional akan meningkat di tahun 2018 dan bahkan setelahnya, secara khusus karena kondisi untuk menjalankan usaha terus membaik. Walaupun beberapa perusahaan tambang incumbent akan memandang para pendatang baru ini sebagai suatu ancaman, perusahaan-perusahaan lain akan berupaya memanfaatkan ide-ide, modal, cara-cara baru mereka untuk memberikan nilai secara jangka panjang,” ungkap O’Callaghan.

 

Keselamatan kerja membaik, namun masih dapat ditingkatkan

Pada tahun 2017, terdapat penurunan sebesar 36 persen jumlah korban jiwa akibat kecelakaan kerja di 28 perusahaan (dari 40 perusahaan tambang terbesar dunia) yang mengungkapkan data statistik keselamatan kerja mereka. Dari 22 perusahaan yang mengungkap data statistiknya tentang kecelakaan kerja, 15 perusahaan melaporkan bahwa jumlah insiden kecelakaan kerja mereka mengalami penurunan atau relatif stabil dibandingkan dengan tahun lalu.

“Walaupun perbaikan dalam rekor keselamatan kerja di 40 perusahaan tambang terbesar dunia merupakan berita baik, jelas masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menjamin lingkungan kerja yang aman bagi semua karyawan.”

 

Catatan kepada para editor:

Analisis Mine 2018 PwC dibuat berdasarkan 40 perusahaan tambang global terbesar menurut kapitalisasi pasarnya. Hasil-hasil yang dikumpulkan dalam laporan ini diperoleh dari informasi terkini yang tersedia secara umum, terutama laporan-laporan tahunan dan laporan-laporan keuangan yang tersedia bagi para pemegang saham. Laporan lengkap dapat diakses di tautan berikut ini: https://www.pwc.com/id/mine-2018

 

Tentang PwC

Di PwC, kami bertujuan membangun kepercayaan dalam masyarakat dan memecahkan masalah-masalah penting. Kami adalah jaringan firma yang terdapat di 158 negara dengan lebih dari 236.000 orang yang berkomitmen untuk memberikan jasa assurance, advisory dan pajak yang berkualitas. Temukan lebih banyak informasi dan sampaikan hal-hal yang berarti bagi Anda dengan mengunjungi situs kami di www.pwc.com.

PwC merujuk pada jaringan PwC dan/atau satu atau lebih firma anggotanya, masing-masing sebagai entitas hukum yang terpisah. Kunjungi www.pwc.com/structure untuk informasi lebih lanjut.

 

Tentang PwC Indonesia

Unit praktik Energi, Utilitas dan Pertambangan (Energy, Utilities and Mining/EU&M) PwC Indonesia beranggotakan lebih dari 350 tenaga profesional di seluruh lini jasa kami – Assurance, Jasa Perpajakan, Advisory, Jasa Konsultasi dan Hukum. Kelompok tenaga profesional tersebut memiliki pengetahuan yang mendalam tentang industri, sehingga kami mempunyai kelompok tenaga spesialis industri terbesar di pasar profesional Indonesia. Di PwC, kami membantu klien-klien kami memecahkan masalah-masalah bisnis yang kompleks dengan menggabungkan pola pikir global dan sumber daya lokal dengan tindakan-tindakan positif. Melalui keterlibatan kami dalam Asosiasi Petroleum Indonesia (Indonesian Petroleum Association/IPA), Asosiasi Pertambangan Indonesia (Indonesian Mining Association/IMA), Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (Indonesian Coal Mining Association/ICMA), dan badan-badan industri lainnya, kami turut membentuk industri seiring perkembangannya menuju standar-standar kelas dunia yang sesungguhnya.

PwC Indonesia terdiri dari KAP Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan, PT PricewaterhouseCoopers Indonesia Advisory, PT Prima Wahana Caraka, PT PricewaterhouseCoopers Consulting Indonesia, dan Melli Darsa & Co., Advocates & Legal Consultants, masing-masing sebagai entitas hukum yang terpisah dan semuanya membentuk firma anggota Indonesia jaringan global PwC, yang secara bersama-sama disebut sebagai PwC Indonesia.

© 2018 PwC. Hak cipta dilindungi undang-undang.

 

Contact us

Cika Andy

External Communications, PwC Indonesia

Tel: +62 21 509 92901

Follow PwC Indonesia